Profil Tokoh :
John Lie bernama lengkap John Lie Tjeng Tjoan atau biasanya ia lebih dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma. Ia lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 9 Maret 1911. Ia adalah seorang Laksamana Muda TNI Angkatan Laut dan ia adalah seorang Pahlawan Nasional pertama yang beretnis Tionghoa dan ia juga mendapat julukan "A Soldier With Bible", karena ia sangat religius dan selalu membawa Alkitab kemana pun ia ditugaskan.
Ia memiliki peran penting saat Perang Dunia II berakhir dan pada masa Indonesia Merdeka, dia memutuskan untuk bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum ia diterima di Angkatan Laut RI. Karena ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka tak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk naik pangkat menjadi seorang Mayor dan diberi misi untuk menembus blokade Belanda.untuk menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya.
Perjuangan John Lie tidaklah ringan, karena ia harus menghindari patroli Belanda dan menghadang gelombang samudera yang besar untuk ukuran kapal yang digunakan olehnya. Dalam melakukan tugasnya, John Lie menggunakan kapal kecil yang cepat yang diberi nama The Outlaw.
Pada tahun 1950 ketika dirinya berada di Bangkok, ia dipanggil pulang ke Surabaya oleh KSAL Subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali. John Lie juga memiliki andil dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku. Kemudian pada tahun 1966 tepatnya pada bulan Desember, John Lie mengakhiri pengabdiannya sebagai TNI Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.
Karena kesibukannya dalam masa perjuangan Indonesia, John Lie baru menikah di usia yang sudah tidak muda lagi yaitu 45 tahun dengan Pdt. Margaretha Dharma Angkuw. Pada 30 Agustus 1966, John Lie mengganti namanya menjadi Jahja Daniel Dharma.
Pada tanggal 27 Agustus 1988 ia dipanggil Tuhan untuk beristirahat dengan tenang pada usianya yang ke 77 tahun karena stroke, dan ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Atas segala jasa dan pengabdian yang telah dilakukan olehnya pada negara, pada tanggal 10 November 1995 ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto, serta pada tanggal 9 November 2009 ia mendapat dua gelar dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Bintang Mahaputera Adipradana dan gelar Pahlawan Nasional Indonesia.
Pendapat Kelompok :
Perjuangan yang dilakukan oleh John Lie patut diberi apresiasi karena jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Karena jarang sekali ada seorang tokoh beretnik Tionghoa yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia.
Selain itu jarang sekali ditemukan seorang tokoh beretnis Tionghoa yang berprofesi sebagai TNI Angkatan Laut apalagi sampai ia memiliki pangkat yang tinggi yaitu Laksamana Muda. Karena yang biasanya kita ketahui etnis Tionghoa lebih identik dengan perdagangan dan lebih dikenal ahli dalam berdagang.
Sebagai warga Tionghoa, kita harus dapat mempertahankan nilai-nilai dari John Lie, seperti misalnya ia lebih mementingkan urusan masyarakat banyak dibandingkan dengan urusan pribadinya, buktinya ia rela menikah saat usianya 45 tahun.
Kenapa John Lie kurang dikenal?
Menurut kami ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa John Lie kurang dikenal oleh masyarakat. Seperti kurangnya pengetahuan akan sejarah bangsa Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dari kurangnya membaca buku dan tidak mau memperdalam sejarah bangsa Indonesia. Sehingga tentu saja hal tersebut akan menghambat pengetahuan mereka dalam mengenal pahlawan-pahlawan yang pernah ikut serta dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.