
Judul Novel : Bonsai Hikayat Satu Keluarga Cina Benteng
Pengarang : Pralampita Lembahmata
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2011
Tempat : Jakarta
Total : 520 Halaman
Resensi :
Novel ini adalah novel bertema Fiksi yang dikhususkan untuk membawa pembacanya tidak hanya membaca kisahnya saja namun, akan menemukan kisah-kisah yang belum pernah di temukan di dalam novel yang lain. Di dalam novel ini dikisahkan tentang hikayat seseoraang/keluarga cina benteng yang bernama Boenarman dalam lima generasi dalam rentang 100 tahun. Hikayat keluarga yang hancur lebur karena letusan Gunung Krakatau dan berhasil bangkit kembali diantara ombak besar perubahan jaman di indonesia.
Kisah lima generasi ini di ikat melalui kisah sebuah bonsai cemara yang pada suatu ketika Boenarman tersihir oleh pesona bonsai sehingga dia bermimpi untuk membangun sebuah monumen bagi keluarganya dalam wujud sebatang pohon kayu yang di kerdilkan.
Di novel ini ada seorang anak kecil yang pipinya merona seperti merah jambu yang bernama Feily, matanya selalu menatap bonsai tua yang meliuk batang pokoknya. dan Feily mempunyai seorang nenek yang bernama Meily, Meily bersyukur mempunyai cucu seperti Feily yan telah menunjukan kegandrungan pada pohon kayu yang di kerdilkan itu dan berkata "rasanya makin hatiku bahwa hatiku bahwa engkaulah yang akan mewarisi bonsai hinoki. Pada saat kelak akan kuungkapkan rahasia yang menyertai pohon kerdil itu sepanjang satu abad.".
Pada siang hari Meily meluncurkan mobilnya ke luar rumah, suasana tenang seperti biasa. Suasana di Jakarta yang terus menuntut Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Dan pada saat itu Meily melihat seseorang yang mengacungkan tinju,kayu, dan batu. Meily segera pergi menghindari tempat itu dengan segera dan tiba-tiba lengan dan tungkasnya terasa lemas. yang paling mengerikan dari itu semua adalah lolongan mereka, "Ayo, kita serbu cina! jarah tko cina! bakar semua bakar!" Satu pertanyaan bertalu-talu di benaknya: kenapa cina? Selama ini dia berserta Ayah-Ibunya di masa silam hingga anak-cucunya di masa kini bergaul akrab dengan suku-suku lain.
Dan disini penulis mengemasnya dalam bentuk dialog atau perenungan, sehingga penulis berhasil dalam penyampaiannya. Ada nilai-nilai kehidupan yang di sampaikan di novel ini seperti mengejar pendidikan,hemat,kerja keras, dan kesetiaan.
Nilai-nilai inilah melekat pada orang Cina Peranakan. Nilai-nilai inilah yang selama ini membuat Cina Peranakan berhasil keluar dari segala guncangan yang menerpa mereka. Di novel ini secara halus memasukan ajaran-ajaran Tao dan Konghucu yang merupakan akar dari nilai-nilai yang di terapkan.
Di novel ini juga menyampaikan bahwa Cina Benteng adalah Cina Peranakan yang sudah tercampur secara darah dan budaya dengan suku-suku setempat. Secara khusus di novel ini pada halaman 19 tentang Si Bunga Poeny dengan seorang suku mataram yang taat menjalankan ibadah islam. Kehadiran tokoh-tokoh lain di sekitar tokoh utama sangat membantu mengalirnya hikayat ini.
Hal yang kurang dari novel ini adalah penggambaran geografis tempat kejadian itu terjadi seperti Sungai Cisadane,Pasar-pasar, dan ruangan-ruangan. Jika di gambarkan lebih detail, maka kita akan mendapatkan kesan yang lebih mendalam tentang kisah kehidupan Cina Benteng di dalam novel ini