Resensi Tragedi Jakarta 1998
Judul : Tragedi Jakarta 1998 (Gerakan
Mahasiswa Indonesia)
Produksi : Media Sindikasi
Produksi : Media Sindikasi
Sutradara : Tino
Saroenggalo
Menjelang
jatuhnya Soeharto, Jakarta diwarnai merah darah mahasiswa. Tanggal 12 Mei 1998
beberapa Mahasiswa Universitas Trisakti menjadi korban penembakan aparat.
Dimana hal tersebut memicu timbulnya gelombang kerusuhan yang memakan ratusan
nyawa. Kondisi negara menjadi tidak stabil dan timbul “Gonjang-Ganjing” yang
berakhir pada lengsernya presiden kedua Indonesia, yaitu Soeharto. Setelah
Soeharto lengser, ia digantikan oleh Habibie, dari sinilah babak baru sejarah
yang dikenal dengan sebutan “Reformasi” dimulai.
Namun,
Habibie yang saat itu menggantikan Soeharto untuk menjadi presiden RI, dianggap
sebagai krooni dari Orde Baru, sehingga gelombang demonstrasi masih terus
berlanjut. Mahasiswa menolak Habibie sebagai preseden RI. Puncak dari
ketegangan yang terjadi adalah pada saat siding istimewa MPR berlangsung. Pada
saat itu, mahasiswa terus menembus batas perlindungan MPR yang telah
ditetapkan. Sehingga bentrok antara mahasiswa dan aparat militer terus memakan
korban. Bahkan, tak sedikit mahasiswa yang gugur karena menjadi korban tajamnya
peluru aparat keamanan yang ada.
Merasa
tak puas, mahasiswa terus turun ke jalan, untuk menyerukan suaranya agar
pemerintah mengadili Soeharto beserta kroninya, yang telah merugikan bangsa
Indonesia. Kerusuhan-kerusuhan dan bentrokan-bentrokan yang memakan korban jiwa
terus terjadi antara mahasiswa dan aparat keamanan, bahkan mahasiswa dianggap
sebagai musuh negara yang sulit untuk dijinakkan. Hingga pada tanggal 17
Desember 1998, tragedy yang telah banyak menelan korban jiwa bahkan meresahkan
warga berakhir.
Film
documenter ini lebih banyak menceritakan tragedy kerusuhan di Jakarta pada
tahun 1998 secara kronologis. Mulai dari peristiwa penembakan mahasiswa yang
terjadi di Trisakti, lengsernya Soeharto, hingga tragedy Semanggi dan siding
istimewa MPR.
Bahasa
dari segi gambar film documenter yang pernah menjuarai ASIA FASIFIC FILM FESTIVAL terbilang bagus,
karena mudah untuk dimengerti. Tetapi pernyataan dari narasumber-narasumber
yang ada kurang jelas dan mendalam terhadap tema. Karena pembuat film hanya
menyorot pada sudut pandang mahasiswa, sedangkan ia tak menampilkan sudut
pandang dari aparat militer yang ada pada saat itu.
Film
ini dapat menjawab rasa keingintahuan dari penonton yang ingin mencari tahu
tentang hal-hal yang terjadi selama kerusuhan tahun 1998 terjadi. Mulai dari
awal terjadinya kerusuhan, puncak kerusuhan, hingga berakhirnya kerusuhan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar